Monday, June 3, 2013

Aksi 21 Mei 2013


Kenaikan BBM : Lagu Lama, Release Kembali



Kenaikan BBM : Lagu Lama, Release Kembali
Oleh : Muhammad Riandy
( BEM KM IPB 2013 )


Akhir-akhir ini kita kembali di suguhkan dengan berita yang cukup populis di mata rakyat Indonesia, bagaimana tidak dalam setiap tahunnya hal ini pasti di munculkan seakan akan seperti  Lagu lama Release kembali. Kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM telah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat, hal ini memang sangatlah lumrah karena BBM merupakan bahan pokok yang di bernilai penting untuk kehidupan sehaari-hari. Rencana kenaikan harga BBM yang akan masih dalam tahapan pengkajian pemerintah ini mengacu pada subsidi harga BBM yang katanya terlewat melampaui dari besaran APBN yang sudah di rencanakan.
Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 memberikan pagu belanja subsidi energi sebesar Rp 274,7 triliun dengan perincian subsidi listrik Rp 80,9 triliun dan subsidi bahan bakar minyak (BBM) Rp 193,8 triliun dengan volume sebesar 46 juta kiloliter (KL). Kuota volume BBM bersubsidi diprediksi dapat mencapai 53 juta KL dan mengganggu fiskal, apabila tidak ada kebijakan yang tepat.
Pemerintah pun hampir dipastikan menerapkan rencana dual price BBM bersubsidi. Dengan skema dual price, maka BBM subsidi, baik jenis premium maupun solar, dijual dengan dua varian harga. Pertama, harga subsidi penuh Rp 4.500 per liter untuk angkutan umum dan sepeda motor. Kedua, harga berkisar Rp 6.500 - Rp 7.000 per liter untuk mobil pribadi lantaran subsidinya dikurangi.

Benar jika melihat dari Makro Ekonomi maka sudah tentu kebijakan menaikkan harga BBM ini adalah langkah tepat yang harus di lakukan oleh pemerintah. Apalagi di iming-imingi dengan asas keadilan yang akan di terapkan dengan dualprice BBM bersubsidi bagi kalangan masyarakat kelas bawah. Namun pemerintah harus juga paham bahwa setiap kenaikan harga BBM entah dalam bentuk sistem apapun akan menimbulkan efek yang massif bagi masyarakat seperti kenaikan harga bahan pokok,  bahkan bukan tidak mungkin semua barang yang lain pun menjadi ikut naik dengan kebijakan tersebut. Seperti yang sudah saya katakan bahwa BBM merupakan bahan pokok yang memiliki nilai penting dalam roda kehidupan sehari-hari, maka hal inilah yang menyebabkan perekonomian masyarakat justru akan semakin tidak stabil dan akan membuat susah masyarakat kelas bawah. Pada hakikatnya dari segi Mikro Ekonomi juga harus di kaji oleh pemerintah, apakah dengan kenaikan BBM ini bisa memastikan tidak berdampak pada kenaikan harga di bidang-bidang lainnya. Hal ini yang akan menyoroti berkenaan langsung terhadap PETANI, NELAYAN, ataupun PEDAGANG KECIL yang notabennya adalah masyarakat kelas bawah.
Sekarang kita lihat dari sisi kebijakannya juga sudah menimbulkan kekhawatiran akan ada penyelewengan harga di lapangan yang berdampak pada korupsi, saat ingin di terapkan dualprice BBM bersubsidi ini. Dan lucunya kebijakan ini setiap tahun di gaungkan atau di terapkan oleh pemerintah tetapi masih saja belum memberikan dampak positif yang berarti bagi ketahanan energi Nasional kita. Seharusnya dengan mengambil kebijakan ini ada cost yang di bayar lebih untuk penataan pengelolaan sumber Energi Nasional atau lebih khususnya BBM ini tidak setiap tahun harus di naikkan, tetapi ada langkah real dari pemerintah untuk membangun Energi alternative atau penyediaan energy Nasional kita. Dari segi politis sudah tentu kita tahu semua tahun 2009 menjelang Pemilu kebijakan ini juga pernah di terapkan oleh pemerintah dengan seakan-akan memberikan angin segar bagi masyarakat golongan bawah dengan di ikuti adanya kebijakan BLT (bantuan langsung tunai), padahal juga tidak berarti apa-apa bagi beban rakyat kecil yang terkena dampak dari kenaikkan BBM ini. Bukan tanpa tujuan, pemerintah ingin mengambil hati masyarakat kelas bawah dengan pemberian BLT ini sehingga dapat menang lagi di Pemilu waktu itu, coba kita analogikan lagi dengan tahun ini tentu keduanya memiliki penafsiran makna yang hampir sma.

Maka dari itu tentu sikap kami adalah #Tolak Kenaikan Harga BBM.

Saturday, April 13, 2013

Kini Pahamilah dan Renungilah...


DI tengah khayalak ramai aku mulai paham tentang makna di balik air hujan, aku tetap teguh dengan tujuanku tidak melenceng sedikit pun dari arah rumput berjalan. Bukan sebuah ketakutan hanya saja sedikit riskan dengan gejolak hati. Tuhan, engkau yang selalu ku rindu di setiap sujudku, aku banyak malu dengan iman. Hanya suara kicauan yang bising yang terus aku dengar di tengah khalayak ramai. Biar saja mereka terhanyut oleh waktu dan aku tetap seorang petarung waktu tanpa batas. (Riandy, 2013)

Membumikan Basis Gerakan Pertanian dengan Aksi Lintas “Passion”



Membumikan Basis Gerakan Pertanian dengan Aksi Lintas “Passion”

#Kita mulai dengan perspektif Pergerakan Mahasiswa Kekinian
Suatu peradaban bagaikan makhluk organis ; lahir,berkembang, matang, dan pada akhirnya mengalami proses kehancuran atau pemusnahan. Dari puing-puing  kehancuran itu, terjdi kelahiran peradaban yang baru, ini di mungkinkan karena terdpat kelompok minority creative yang mampu menjawab tantangan zaman. Dan kelompok itu adalah pemuda yang memang notabennya adalah mahasiswa, tetapi semakin kesini kelompok itu kian pudar dan meredup. Entah karena di sibukkan dengan hal-hal yang tidak penting atau terintegrasi akibat pemikiran-pemikiran barat yang mana sudah kita ketahui. Sehingga sekarang-sekarang ini tidak tampak lagi pergerakan mahasiswa yang nyata atau memang ada pergerakan tetapi tidak tepat dengan perkembangan zaman di masa sekarang. Kita tidak bisa lagi mengadopsi pergerakan-pergerakan mahasiswa saat masa orde lama, orde baru , maupun reformasi. Karena zaman mengalami kedinamisan yang sangat berbeda. Sudah saatnya kita bangkit kembali dengan konsep pergerakan yang memang di butuhkan untuk masa sekarang, untuk dapat memajukan bangsa ini.
Kita mulai dengan membaca kondisi real yang terjadi pada zaman sekarang, maka kita akan coba menemukan pola pergerakan yang ideal dengan kondisi kekinian. Saya mencoba menuangkan konsep baru dalam pola pergerakan mahasiswa dengan melihat kondisi tetrsebut. Tiga dasar pola pergerakan mahasiswa yang akan kita buat yakni gerakan horizontal, gerakan vertikal, dan terakhir gerakan diagonal. Adopsi pertama kita akan mencoba tetap akan melakukan gerakan arah vertikal yakni langsung berhubungan dengan pemerintah ataupun pengambilan kebijakan-kebijakan strategis di negeri ini. Tetapi perlu kita pahami bahwasanya kita adalah masyarakat intelektual yang selalu mengedepankan sebuah data ilmiah dengan sebuah solusi yang akan kita bawa untuk membnagun bangsa ini, sehingga sudah di pastikan kajian adalah harga mutlak ketika kita ingin melakukan gerakan vertikal. Kedua gerakan horizontal, hal ini jelas kita harus lakukan yakni akan dengan membangun komunikasi juga dengan masyarakat. Karena kita akan membawa misi dalam mengedepankan kepentingan rakyat yang jelas harus bersentuhan dengan masyarakat pula, dan masyarakat juga perlu kita tingkatkan pemahamannya mengenao kondisi permasalahan bangsa ini, Ketiga gerakan horizontal, ini merupakan gerakan baru yang akan kita garap untuk menanamkan kepada mahasiswa mengenai pergerakan mahasiswa itu adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan bisa kita lakukan dengan mudah sesuai passion kita.

#Mahasiswa IPB aset Basis Gerakan Pertanian
IPB yang tahun ini akan berumur genap 50 tahun merupakan sebuah aset negara yang seharusnya semakin tua maka semakin banyak yang dapat di berikan untuk bangsa ini dan akan membawa perubahan untuk negeri ini terutama di bidang pertanian. IPB terdiri dari banyak komponen yang ada di dalamnya mulai dari dosen, pegawai, dan mahasiswa atau sering di sebut sebagai civitas akademika IPB juga merupakan aset yang akan menggerakan kemajuan pertanian. Dari berbagai elemen tersebut, saya akan coba menguraikan peran mahasiswa sebagai aset gerakan basis pertanian yang akan memajukan bangsa ini.

#Arah Gerakan Pertanian Mahasiswa IPB
Kita di IPB memiliki kelengkapan dalam hal core competence di bidang pertanian, jelas dalam hal ini kita akan berbicara pertanian secara luas. Setiap jurusan ataupun fakultas merupaka aset yang harus kita rangkul untuk menghimpun kajian ilmiah berbasis pertanian secara luas, dengan begitu untuk BEM KM IPB tahun ini akan melakukan grassroot untuk bersama-sama seluruh mahasiswa IPB memberikan pemikirannya untuk membangun pertanian dengan kegiatan kajian atau mimbar bebas BEM KM feat Fakultas. Dengan adanya kajian-kajian ini kita akan coba mendorong mahasiswa peka terhadap permasalahan bangsa ini dan akan menghasilkan sebuah bahan kajian pertanian komprehensif dari berbagai core competence. ( Muhammad Riandy/C54090069)

Bersambung...

Saturday, March 16, 2013

“SWASEMBADA DAGING 2014, BUKAN UNTUK PENCITRAAN POLITIK”


“SWASEMBADA DAGING 2014  BUKAN UNTUK PENCITRAAN POLITIK”
Oleh :
Muhammad Riandy
(Menteri Kebijakan Nasional BEM KM IPB 2013)
 

Indonesia adalah negara berkembang yang sedang membangun dan menata diri untuk dapat tampil dalam perkembangan dunia yang semakin kencang menuntut diberlakukannya globalisasi dalam hampir semua sektor kehidupan. Untuk keperluan tersebut maka Indonesia mengembangkan pembangunan dengan sebuah ”Visi Pembangunan Nasional” untuk periode waktu Tahun 2005 – 2025 berdasarkan UU No. 17 Tahun 2007 adalah “Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur” yang tentu saja tidak akan mudah untuk pencapaiannya. Dibutuhkan bahyak faktor pendukung dari bebagai segi kehidupan; tetapi isue yang ditiupkan oleh FAO dalam beberapa tahun terakhir ini adalah isu keterbatasan pangan dan air yang akan dialami oleh banyak negara di dunia.
Indonesia menetapkan tujuan pembangunan pertaniannya terdiri dari tiga hal pokok yaitu pencapaian ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan, yang tentunya bagi peternakan adalah tersedianya produk peternakan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (PP No. 68/2002).
Akhir-akhir ini mulai banyak berhembus masalah mengenai Impor Daging Sapi yang di awali melalui dugaan kasus korupsi seorang petinggi partai politik di Negeri ini. Bukan tidak mungkin atau hal mustahil secara tidak langsung isu ini akan mencakup ke dalam permasalahan Swasembada Daging 2014 yang telah di canangkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pertanian. Jika kita telaah baik-baik sangat berhubungan antara Impor Daging dengan Swasembada Daging, keduanya ibarat dua mata koin yang tidak bisa terpisah. Swasembada Daging akan bisa tercapai jika pemenuhan kebutuhan dalam negeri tercukupi dengan adanya batasan impor daging dengan kuota yang di butuhkan di dalam negeri tidak terlalu banyak melainkan di sesuaikan proporsi kebutuhannya. Akan tetapi adanya kesepakatan GATT, dalam era Pasar Bebas 2020 dalam kontek perdagangan internasional serta AFTA mulai tahun 2003, pasar dalam negeri harus dibuka bagi produk impor yang akan berimplikasi adanya penurunan subsidi dan proteksi perdagangan komoditas termasuk daging sapi impor. Maka dari itu upaya peningkatan efisiensi usaha ternak domestik adalah merupakan suatu keharusan (necessary condition). Untuk itu peningkatan efisiensi ekonomi dalam kegiatan pengadaan daging sapi merupakan syarat keharusan agar dapat bersaing dengan produk impor. Tanpa upaya yang sistematis tidak mungkin dapat menahan desakan produk impor. Akibatnya ini akan mempengaruhi kesejahteraan peternak yang 90 persen merupakan peternakan rakyat yang selama ini menawarkan sekitar 99 persen kebutuhan domestik (DITJEN PETERNAKAN, 1997) Tetapi pertanyaannya apakah Kebijakan Program yang di canangkan Pemerintah terkait Swasembada Daging 2014 itu sudah benar-benar di siapkan dari semua aspek yang ada dengan baik untuk mendukung realisasinya  atau hanya sekedar sebuah program pencitraan politik yang di bangun pemerintah di tahun 2014 yang merupakan tahun politik PEMILU dengan banyak kepentingannya, yang nantinya akan berdampak pada pencapaian sesaat dan tidak berkelanjutan. Sehingga bukan tidak mungkin pasca 2014 Indonesia akan menjadi Negara Importir Daging Sapi dengan ketergantungan terhadap Negara lain, karena produksi daging dalam negeri yang tersedia di habiskan dan di paksakan untuk pemenuhan kuota swasembada di tahun 2014.
Sekarang kita coba menterjemahkannya melalui sebuah data fakta yang bisa kita komparasi dan simpulkan apakah kebijakan program ini hanya sebuah pencitraan politik atau murni sebagai sebuah keinginan pemerintah untuk dapat mensejahterakan rakyatnya dengan pemenuhan kebutuhan protein hewani melalui ketersediaan daging yang cukup di negeri ini. Jika dilihat dari pencapaian target visi pembangunan dengan periode waktu 2005 – 2025 maka jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005 adalah sebesar 241,9 juta orang dan pada tahun 2025 akan mencapai 273,1 juta orang yang berarti naik sebesar 12,9%. Jika produksi daging sapi yang pada tahun 2005 adalah sebesar 358.700 ton (setara dengan 1,8 juta ekor sapi) maka jika tingkat konsumsi tidak berubah yaitu 1,7 kg per kapita per tahun maka akan dibutuhkan daging sebesar 464.270 ton yang setara dengan jumlah pemotongan sebesar 2,4 juta ekor sapi (dianalisis kembali dari BIRO STATISTIK INDONESIA, 2007). Sedangkan kita lihat data ketersediaan daging sapi yang di miliki Indonesia dari berbagai aspek pelaku utama penyediaan daging sapi. Peternakan sapi rakyat diperkirakan menyumbangkan kurang lebih 70% produk daging sapi nasional yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Produk tersebut dihasilkan dari sekitar 10.7 juta ekor sapi potong, 2.2 juta ekor kerbau (yang dikenal dimasyarakat umum juga sebagai daging sapi) dan 0,3 juta ekor sapi perah (DITJENNAK, 2008). Produk hewani tersebut dihasilkan oleh minimal 3.6 juta rumah tangga peternak (BPS, 2007). Sudah jelas kebutuhan daging sapi dalam negeri jika kita lihat data yang ada masih sangat kurang untuk pemenuhannnya, apalagi ada sebuah kesalahan yang di lakukan yakni Puslitbangnak dengan sistem observasi cepat pada Tahun 2009 mendapatkan pada salah satu kawasan tersebut memotong 97% sapi betina dan 80%nya adalah betina produktif (PUSLITBANGNAK, 2008).
Pada akhirnya setelah mengkomparasi data yang ada, penulis beropini bahwa sebenarnya Indonesia masih belum terlalu siap terhadap pencapaian Swasembada Daging 2014. Masih ada waktu untuk melakukan pembenahan dan persiapan di beberapa aspek yang sifatnya akan mendorong produksi daging sapi dalam negeri ini akan terus bertambah baik kuantitas serta kualitasnya untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Jangan sampai Swasembada Daging 2014 itu hanya sebuah kebijakan pencitraan politik yang akan berakibat buruk terhadap ketahanan pangan di Indonesia ( khususnya Daging Sapi ), melainkan yang di inginkan adalah Swasembada Daging 2014 yang berkelanjutan untuk kedepannya demi mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat Indonesia dengan pemenuhan kebutuhan protein hewani yang cukup (terutama dari daging sapi).

Salam Perjuangan! Salam Kreasi Untuk Negeri!
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Hidup Pertanian Indonesia!

Follow us  : @Muh_Riandy @bemkmipb_move
Add FB     : Muhammad Riandy & Bem KM Ipb Jak-Nas
www.bemkmipb.or.id / www.ispcbemkmipb2013.wordpress.com